Etologi (Perilaku)
Setiap
makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak
pertama kali mereka dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap makhluk hidup
harus mampu melakukan adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun
komunitas pada suatu biosfer.
Apabila
kita melakukan eksplorasi terhadap beberapa macam interaksi makhluk
hidup, banyak contoh telah di kemukakan para peniliti pada bidang
perilaku hewan. Suatu spesies hewan mampu berinteraksi dengan
lingkungan, hewan tersebut dapat berkomunikasi, bergerak, berinteraksi
secara social dan mencari makanan. Kajian perilaku hewan merupakan salah
satu aspek biologi yang telah lama di teliti, bahkan dapat dikatakan
sebagai kajian yang paling tua. Dalam ilmu yang mempelajari perilaku,
banyak peneliti menggunakan hewan percobaan dibandingkan tumbuhan.
Kajian
perilaku dari hewan dapat dijadikan suatu “kunci” untuk memahami
evolusi dan fungsi ekologi dari hewan tersebut. Robinowitz (1980) yang
mempelajari perilaku macan tutul jaguar. Setelah memonitor beberapa
iindividu menggunakan radio transmitter, disimpulkan bahwa jaguar
merupakan hewan soliter, dan hanya melakukan kontak dengan sesamanya
hanya saat musim kawin. Walaupun demikian, jaguar jantan turut berperan
dalam memelihara anaknya. Selain itu, terdapat pula beberapa penemuan
mengennai perilaku kawin, menvari makan, ddan berbagai aspek evolusi
serta peran ekologi jaguar tersebut.
Kajian
perilaku hewan pada dasarnya mempelajari bagaiman hewan-hewan
berperilaku di lingkungannya dan setelah para ahli melakukan
interpretasi, diketahui bahwa perilaku merupakan hasil dari suatu
penyebab atau suatu “proximate cause”.
Ahli
perilaku yang pernah menerima hadiah nobel adalah Konrad Lorenz, Niko
Tinbergen dan Karl Von Frisch. Percobaan yang dilakukan Tinbergen dan
Lorenz membuktikan perilaku “innate” (bawaan) dan bentuk perilaku yang
didapatkan karena melalui suatu proses belajar yang sederhana.
Tinbergen melakukan percobaan dengan menggunakan srang
tawon yang ditempatkan di tengah lingkaran bunga inus, kemudian
lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping sarangnya. Ternyata tawon
tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang. Demikian pula
setelah lingkaran bunga pinus diganti dngan lingkaran batu tanpa sarang,
dan disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di
tengahnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran batu,
bukan ke sarang di tengah segitiga bunga pinus. Hasil tersebut
menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus
menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mangenal sesuatu.
Dengan
memahami penyebab perilaku, kita dapat lebih mengerti peran ekologi dan
bagaimana hewan menghadapi seleksi alam serta bagaimana perilaku dapat
meningkatkan kebugarannya (fitness), bidang ini juga dikeal dengan
istilah Ekologi Perilaku.
Perilaku Sebagai Akibat dari Pengaruh Genetis dan
Faktor Lingkungan
Bagaimana
seseorang dapat bermain piano dengan baik? Hal ini dapat saja terjadi
kareena baiknnya koordinasi jari dan kemampuan memainkan instrument
tersebut. Tetapi pertanyaan yang kemudian muncul adalah kemapuan
tersebut diturunkan atau cukup dipelajari dan dilatih?
Seringkali
suatu perilaku hewan terjadi kareena pengaruh genetis (perilaku bawaan
lahir atau “innate behavior”), dank arena akbat proses belajar atau
penglaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan
ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan
bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh
alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini
merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian,
diketahui baha terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya,
yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu
perkembangan sifat.
Innate
Merupakan
perilaku atau suatu potensi terjadinya perilaku yang telah ada di dalam
suatu individu. Perilakua yang timbul karena bawaan lahir berkembang
secara tepat atau pasti. Perilaku ini tidak perlu adanya pengalaman atau
memerlukan proses belajar dan sering kali terjadi pada saat baru lahir
dan perilaku ini bersifat genetis (diturunkan).
Insting
Insting
adalah perilaku “innate” klasik yang sulit dijelaskan, walaupun
demikian, terdapat beberapa perilaku insting yang merupakan hasil
pengalaman, belajar dan adapula yang merupakan factor keturunan. Semua
makhluk hidup memiliki beberapa insting dasar.
Pola Aksi Tetap (FAPs= Fixed Action Paterns)
FAP
adalah suatu perilaku stereotipik yang disebabkan adanya stimulus yang
spesifik. Contohnya saat anak burung baru menetas akan selalu membuka
mulutnya, kemudian induknya akan menaruh makanan didalam mulut anak
burung tersebut. Contoh lainnya adalah anak bebek yang baru menetas akan
masuk kedalam air. Perilaku ini ttelah “diprogramkan sebelumnya”,
dengan kata lain, tidak diperlukan proses belajar. Induk burung tidak
perlu belajar memberikan makanan kepada anaknya yang beru menetas, ana
bebek tidak perlu belajar berenang. Contoh lainnya seperti riyual
perkawinan, mempertontonkan keindahan (kejantanan) untuk menguasai suatu
area (teritori). Dan anda dapat memikirkan perlakuan lain yang
merupakan FAP.
Perilaku Akibat Proses Belajar
Proses
belajar seringkali diidentifikasi sebagai suatu upaya untuk mendapatkan
informasi dari adanya interaksi, atau perilaku yang memang telah ada
pada organism (hewan) dan cenderung memberikan pengertian dari suatu
upaya coba-coba. Kita ketahui bahwa perilaku di pengaruhi factor
genetik, sehingga organism (hewan) dapat memiliki hubungan dengan
individu lain, dan juga dapat berhubungan dengan lingkungan. Sebagai
contoh, kelulus hidupan dari suatu spesies karena mampu berkembang biak,
tetapi dalam proses tersebut terlibat pula seleksi alamiah yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kehidupan organisme (hewan) tersebut.
Kisaran Belajar dari yang Sederhana Hingga Kompleks
Belajar
adalah suatu perubahan dalam perilaku yang merupakan hasil dari
pengalaman. Table 5.1 dibawah ini menunjukkan berbagai bentuk dari
belajar yang menghasilkan jenis-jenis perilaku.
Tipe Belajar
|
Karakteristik
|
Habituasi
|
Hilang atau timbulnya respons kepada stimulus setelah pengulangan suatu perlakuan
|
Imprinting
|
Pada
kehidupan hewan, belajar yang tidak dapat diulang dan terbatas pada
suatu periode keritis tertentu, sering kali dihasilkan dengan adanya
hubungan kuat antara induk dan keturunannya
|
Asosiasi
|
Perubahan
perilaku yang diakibatkan dari suatu hubungan antara satu perilaku
dengan system hukuman dan hadiah; dalam hal ini termasuk kondisi
klasik dan belajar dengan mencoba-coba (trial and error)
|
Imitasi
|
Perilaku yang diakibatkan karena adanya proses pengamatan dan meniru individu lain
|
Inovasi
|
Perilaku
yang timbul dan berkembang karena terjadi respons terhadap suatu
keadaan yang baru, tanpa mencoba-coba atau imitasi; dikatakan juga
sebagai problem solving
|
Habituasi (habituation)
Habitasi
adalah suatu bentuk belajar yang paling sederhana, akan terjadi jika
stimulus yang tidak berbahaya didapat oleh organisme (hewan) secra
berulang-ulang, setelah terjadi stimulus tersebut maka organisme (hewan)
akan mengabaikannya. Habitusi akan dihasilkan setelah organisme (hewan)
belajar, sehingga akan kehilangan respons bila stimulus dilakukan
berulang-ulang dan tidak membahayakan dirinya.
Contoh
perilaku ini misalnya anda menyentuh atau memukul secara perlahan
seekor anjing pada bagian belakangnya (ekor), maka ia akan menoleh ke
belakang, bila anda memukul dengan berulang kali, maka anjing tersebut
tidak akan menghiraukannya atau tidak akan menoleh. Akakn tetapi hal
menarik akan terjadi bila anda memukul perlahan dibagian lain, atau anda
memukl perlahan setelah beberapa hari, anjing akan memberikan respons
kembali. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa respons dasar pada
prinsipnnya tidak hilang, tetapi untuk sementara waktu termodifikasi
karena belajar.
Imprinting
Adalah
suatu pengenalan terhadap satu objek seperti induk, hal tersebut
terjadi pada suatu periode kritis sesaat setelah lahir. Contohnya
sekelompok angsa yang baru lahir anda beri makan atau angsa-angsa
tersebut melihat suatu objek yang memberinya makan, maka anak-anak angsa
tersebut akan menganggap anda atau objek tersebut sebagai induknya dan
akan terus mengikuti anda atau objek. Walaupun anak-anak angsa tersebut
melihat induknya yang benar, mereka akan mengabaikannya dan terus
menganggap bahwa objek atau anda adalah induknya. Conto tersebut adalah
hasil percobaan Konrad Lorenz yang mendapatkan hadiah Nobel karena
kajian tersebut.
Perilaku
imprinting dan FAP akan terjadi pada makhluk hidup walaupun stimulus
yang diterimanya bukanlah yang alamiah. Misalnya induk burung akan
memberi makan pada boneka anak burung yang membuka mulut pada sarangnya.
Anak-anak angsa akan mengikuti boneka angsa dewasa yang diberi makan di
belakangnya.
Asosiasi atau Pengkondisian (Associative Learning)
Definisi
asosiasi atau pengkondisian adalah perilaku yang disebabkan oleh suatu
hasil dari suatu respons terhadap kondisi-kondisi tertentu, baik kondisi
tersebut diketahui atau tidak. Kondisi penyebab prilaku tersebut
dikatakan pula sebagai stimulus. Respons adalah sesuatu yang di produksi
atau dihasilkan karena adanya stimulus. Perilaku ini dapat dibagi
menjadi:
A. Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning) atau Perilaku Asosiatif.
Contoh
yang paling banyak digunakan adalah hasil percobaan Ivan Pavlov (ahli
fisiologi perilaku dari Rusia) yang menggunakan bel untuk anjing. Bila
bel berbunyi, anjing tersebut diberi makan, sebelum menyantap
makanannya, anjing tersebut mengeluarkan saliva. Beberapa saat setelah
itu, walaupun tidak ada makanan, sesaat setelah mendengar bunyi bel yang
sama, anjing tersebut tetap mengeluarkan salivanya.
B. Pengkondisian Operant (Operant Conditioning)
Perilaku
ini lebih merupakn hasil kondisi yang disebut mencoba-coba atau “trial
and error”. Semakin dekat individu mendapatkan respon dengan adanya
stimulus positif, maka induvidu tersebut akan semakin mudah mengulang
keberhasilan respon yang dilakukan. Perilaku ini termasuk dalam melatih
seekor hewan. Dapat juga terjadi pada seekor hewan yang semakin lama
semakin sedikit mengeluarkan energinya untuk mendaptkan makanan.
Perilaku ini sering kali dijumpai pula pada hewan yang tidak akan
mengulangi perbuatannya karena ternyata perbuuatan tersebut dapat
membahayakan dirinya.
Imitasi
Berbagai
jenis hewan dapat melakukan perilaku sebagai akibat dari pengamatan dan
meniru hewan lainnya. Perilaku tipe ini banyak dipelajari pada burung,
akan tetapi perilaku imitasi terbatas oleh suatu periode kritis
tertentu. Banyak hewan predator, termasuk kucing, anjing dan serigala
kelihatannya belajar dasar taktik berburu dengan mengamati dan menirukan
induknya. Pada beberapa kasus, factor genetis dan mencoba-coba dalam
tipe belajar ini memegang peran penting.
Inovasi atau “Problem Solving” atau “Insight Learning”
Inovasi
atau disebut juga “reasoning” adalah suatu kemampuan untuk merespons
sesuatu terhadap keadaan baru dan dilakukan dengan tepat. Perilaku tipe
ini terjadi pada proses belajar dan merupakan perilaku yang memiliki
kualitas tinggi pada organisme (hewan). Perilaku ini berhubungan dengan
kemampuan organisme (hewan) untuk melakukan pendekatan terhadap suatu
situasi yang baru dan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi. Intinya,
setiap organisme (hewan dan juga manusia) dapat memiliki perilaku
tertentu atau bertindak untuk melakukan sesuatu dengan alasan tertentu
atau berfikir. Subjek dari inovasi adalah penyelesaian masalah, sehingga
tipe perilaku ini sering pula diberi istilah “problem solving”.
Perilaku Merupakan Refleksi Evolusi
Dari
penjelasan sebelum ini, dapat dikatakan bahwa perilaku adalah suatu
adaptasi evolusi yang menyebabkan terjadinya suatu peningkatan kelulus
hidupan dan kesuksesan reproduksi serta kebugaran. Walau demikian,
perilaku juga merupakan suatu hasil pengaturan dari hewan terhadap
lingkungan dengan cara seleksi alam. Pada bagian berikut, kita akan
membahas peran ekologi dari suatu perilaku hewan sehingga dapat hidup
sukses di lingkungan.
Ritme Biologi
Banyak jenis hewan mamalia seperti kelelawar, harimau dan bangsa kucing kurang aktif pada
siang hari dan makan saat matahari tenggelam atau aktif malam hari.
Akan tetapi, banyak jenis burung tidur pada malam hari dan banyak
melakukan aktivitas pada siang hari. Pola hidup yang berulang-ulang
setiap hari, seperti siklus tidur atau bangun pada makhluk hidup disebut
Ritme Sikardian (Cycardian Rythms). Pada tanaman dan juga makhluk hidup
lainnya, ritme biologi dikatakan juga dengan istilah Jam Biologi.
Penyebab eksternal, khususnya siklus cahaya dapat mengatur waktu,
membuat tubuh memiliki koordinasi ritme dengan ketat. Selain factor
lamanya organisme didedahkan pada periode terang gelap tertentu,
temperature juga berperan dalam ritme biologi.
Kepentingan
mempelajari ritme biologi, waktu dan petunjuk serta faktor yang
menyebabkannya sudah banyak dilakukan peneliti karena erat kaitannya
dengan waktu kerja efisien, serta kemampuan dalam berfikir serta dalam
membuat keputusan. Para pekerja malam, atau mereka yang melakukan
perjalanan dengan pesawat terbang dari satu benua kebenua lain yang
melintasi beberapa zona waktu yang berbeda, dapat menyebabkan keletihan,
hingga mengurangi kemampuan bekerja, bahlan dapat menyebabkan depresi.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya gangguan pada ritme biologi
internal.
Mekanisme Bergerak
Hewan
dan tumbuhan atau organ dari suatu organisme tersebut memiliki cara
khusus saat melakukan pergerakan. Telah dikehaui bahwa terjadinya
pergerakan khusus karena adanya aksi atau stimulus sehingga suatu
organisme bergerak, yaitu:
-
Kinetis
Kinetis
Kinetis
adalah suatu perubahan acak (random) dalam kecepatan dan atau arah dari
suatu organisme sebagai respons terhadap stimulus. Misalnya adanya
pergerakan karena terjadinya kondisi lingkungan yang tidak sesuai.
Seperti beberapa kumbang yang sangat aktif di daerah kering dan kurang
aktif di daerah lembab.
-
Taksis
Taksis
Taksis
sangat spesifik, berhubungan langsung sebagai akibat adanya suatu
stimulus. Pergerakan organisme (keseluruhan) dapat kea rah stimulus
maupun menjauhi stimulus. Misalnya larva lalat rumah akan bergerak
menjauhi arah cahaya (fototaksis negative), perilaku ini kemungkinan
terjadi karena larva tersebut dapat berlindung dari musuh alaminya.
Banyak tumbuhan melakukan pergerakan ini karena adanya stimulus cahaya
(foto), arus (rheo), angin, gravitasi, air dan lain-lain.
-
Kelompok (Group)
Kelompok (Group)
Pergerakan
secara berkelompok yang terjadi pada banyak hewan dikenal dengan
istilah migrasi. Hal ini, biasanya dipengaruhi oleh adanya perubahan
cuaca atau musim, dan lebih khusus lagi perilaku ini berpengaruh untuk
mendapatkan sumber makanan, daerah atau tempat untuk kawin, dan
lain-lain.
Migrasi
banyak terjadi pada berbagai jenis burung, serangga, seperti beberapa
jenis kupu-kupu, berbagai jenis ikan dan mamalia lain. Pada dasarnya
hewan melakukan migrasi karena telah mengenali daerah perjalanan mereka,
dan hal ini dilakukan dengan adnya “piloting”, orientasi dan navigasi.
Hewan dapat melakukan migrasi dengan adanya pengenalan suatu cara di
atas atau kombinasi dari ketiganya.
Komunikasi
Komunikasi
pada umumnya terjadi diantara sesama spesies, misalnya untuk mengenali
pasangan kawin. Pada hewan-hewan social komunikasi dilakukan sebagai
salah satu cara untuk mengetahui koloninya. Komunikasi dapat pula
terjadi untuk menghndari bahaya.
Komunikasi
dapat terjadi melalui perantara senyawa kimia menggunakan Feromon,
yaitu senyawa kimia yang disekresikan keluar tubuh organisme dan dapat
dikenali (melalui bau, dimakan, dan lain-lain) oleh sesama spesies dan
akan berguna untuk berbagai kehidupannya, misalnya untuk kawin, tempat
berkumpul (agregasi), menemukan makanan, mengenali koloni, adanya
bahaya, dan lain-lain.
Selian
itu, komunikasi juga terjadi secara visual, hal ini banyak terjadi pada
saat sesama spesies mengenali pasangan kawinnya atau saat
mempertahankan daerah teritori. Komunikasi dengan suara (auditory
communication) sangat banyak dilakukan oleh hewan, misalnya untuk
mengetahui derah teritori, untuk mengenali sesame spesies dan digunakan
untuk mengetahui sumber makanan dan untuk melakukan perkawinan, hingga
untuk menginformasikan adanya bahaya. Sebagai contoh yang telah banyak
ditelaah adalah adanya suatu hipotesis tarian lebah sebagai alat
komunikasi untuk mengetahui sumber makanan.
Perilaku Sosial (Sicial Behavior)
Secara
umum didefinisikan bahwa perilaku sosial adalah segala macam dari
interaksi diantara sesame spesies yang melibatkan antara dua atau lebih
individu organisme (umumnya hewan). Hal ini didasari adanya perilaku
individu yang dilakukan karena perilaku individu itu sendiri dan
perilaku dari kelompok (grup). Perilaku sosial dapat pula terjadi karena
interaksi anggota dari berlainan spesies. Adanya perilaku sosial
sebagai akibat dari kompetisi sering terjadi dalam dunia hewan, misalnya
untuk memperebutkan sumber makanan, dan lain-lain.
Agonistik
Perilaku
agonistik adalah perilaku agresif yang pada dasarnya dilakukan untuk
dapat lulus hidup (survival). Perilaku agonistik ini pada umumnya
merupakan ritual, memperlihatkan kekuatan, dan keindahan (dapat berupa
suara, tubuh dan lain-lain). Sering kali terjadi pula perkelahian yang
tidak mematikan, walaupun pada beberapa spesies perkelahian dapat
terjadi hingga terjadi kematian.
Perilaku
agonistik terjadi pula untuk menarik pasangan kawinnya, banyak jenis
burung jantan melakukan hal tersebut dengan mengeluarkan suara yang
indah dan khusus, adapula yang melakuakan tarian dan mempertontonkan
keindahan tubuhnya untuk menarik pasangannya.
Banyak
hewan sosial yang melakukan kelangsungan hidupnya dengan memelihara
adanya perilaku agonistik. Misalnya berbagai jenis ayam, apabila
beberapa anak ayam yang tidak saling mengenali ditempati bersama, mereka
akan melakukan respons dengan melakukan perkelahian kecil dengan saling
mematuk. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya konflik, pada
akhirnya akan akan terjadi suatu hirarkki (dominasi hirarki), misalnya
yang lebih tua akan mengontrol yang lainnya.
Teritori
Perilaku
untuk mempertahankan daerah edar atau tteritori merupakan suatu usaha
organisme (hewan) untuk mempertahankan adanya tempat sumber makanan,
tempat untuk aktifitas reproduksi dan kesuksesan dalam memelihara anak
atau keturunannya. Perilaku tersebut biasanya dipertahankan melalui
berbagai cara komunikasi dan perilaku lainnya. Walaupun tidak semua
spesies hewan memilki teritori tertentu, dan tidak selalu seleksi alam
dapat memberikan adanya daerah teritori yang tepat bagi suatu jenis
hewan.
Altruistik
Perilaku
altruistik atau altruisme kelihatannya merupakan perilaku yang sering
dikatakan sebagai “perilaku non egois”, perilaku ini banyak dilakuakan
oleh hewan-hewan yang berkoloni. Individu yang melakuakan perilaku ini
tidak mendapatkan keuntungan, bahkan dapat mematikan dirinya, akan
tetapi perilaku ini akan memberikan keuntungan bagi kelompoknya atau
koloninya, sehingga terjadi peningkatan kebugaran dari koloni terssebut.
0 komentar:
Posting Komentar