jam weaker_yas

proposal Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove Desa Ladong Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar


Keanekaragaman  Jenis  Makrozoobentos  di  Ekosistem Mangrove Desa Ladong Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
1.    Latar belakang
Bentos adalah organisme dasar perairan, baik berupa hewan maupun tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar ataupun di dasar perairan. Menurut  Lind (1979) dalam Fachrul (2007) memberikan definisi, bentos semua organisme yang hidup pada lumpur, pasir, batu, kerikil, maupun sampah organik baik didasar perairan laut, danau, kolam, ataupun sungai, merupakan hewan melata, menempel, memendam, dan meliang di dasar perairan tersebut. (Fachrul, 2007). Makrozoobentos lebih banyak ditemukan di perairan tergenang (lentik) dari pada perairan mengalir (lotik).
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantai atau muara sungai, yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Nontji, 2002). Hutan mangrove telah menyesuaikan diri dari terpaan ombak yang kuat dengan salinitas yang tinggi. Tumbuhan mangrove tumbuh diatas dataran lumpur digenangi air laut atau air payau sewaktu air pasang atau digenangi air sepanjang hari. Secara ekologis, hutan mangrove dapat menjamin terpeliharanya lingkungan fisik, seperti penahan ombak, angin, serta merupakan tempat perkembangbiakan bagi berbagai jenis kehidupan laut, seperti ikan, udang, kepiting, kerang, siput, dan hewan jenis lain (Fachrul, 2007).
Desa Ladong merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Mesjid Raya yang letaknya kurang lebih 27 km dari pusat kota Banda Aceh. Desa ini terletak di pesisir pantai serta terdapat hutan mangrove. Serasah mangrove yang berupa daun, ranting dan biomaasa lainnya yang jatuh dan mengalami pelapukan serta menjadi sumber pakan biota perairan.



2.        Rumusan masalah
     Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah:
1.         Jenis-jenis makrozoobentos apasaja yang terdapat di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
2.         Seberapa besar tingkat keanekaragaman dan keseragaman makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.

3.        Tujuan penelitian
          Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis makrozoobentos yang terdapat di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
4.             Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang ekologi, zoologi dan taksonomi yaitu yang mengkaji dan mengidentifikasi jenis-jenis makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong kecamatan, Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar
5.             Definisi Operasional
Makrozoobentos merupakan organisme yang hidup melata, menempel, memendam dan meliang baik didasar perairan maupun di permukaan dasar perairan. Organisme ini hidup pada lumpur, pasir, kerikil maupun sampah organic, baik di perairan laut, sungai serta danau. Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida.
Mangrove  adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan  daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan  di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi  pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar  untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam  atau air payau.
6.             Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
7.             Tinjauan Kepustakaan
7.1     Pengertian Bentos
   Bentos merupakan organisme yang hidup dibagian dasar perairan atau hidup didasar endapan. Komunitas fauna bentik ini terdiri dari empat kelompok yaitu Mollusca, Polychaeta, Crustaceae dan Echinodermata. Keberadaan bentos dibentuk dari sifat fisik lingkungannya yang berbeda-beda sehingga terjadi kelompok-kelompok biota (Romimohtarto, 2004).
7.2    Pengelompokan Bentos
    Berdasarkan ukuran tubuhnya bentos dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu makrobentos, mesobentos dan mikrobentos. Makrobentos merupakan organisme yang mempunyai ukuran lebih dari 1,0  milimeter seperti molusca, mesobentos merupakan organisme yang mempunyai ukuran 0,1-1,0 milimeter seperti cidaria dan mikrobentos merupakan organisme yang memiliki ukuran kurang dari 0,1 milimeter (Fachrul, 2007).

7.3       Habitat Makrozoobentos
Berdasarkan letaknya bentos dibedakan menjadi infauna dan epifauna, dimana infauna merupakan kelompok makrobentos yang hidup terpendam dibawah lumpur, sedangkan epifauna adalah kelompok mekrobentos yang hidup dipermukaan (Fachrul, 2007).
7.4              Ekosistem Mangrove
                        Ekosistem mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem pantai/komunitas bahari dangkal yang sangat menarik yang terdapat pada perairan tropic dan subtropik. Pohon-pohon mangrove adalah halofi, artinya bahwa mangrove ini tahan akan tanah yang mengandung garam dan genangan air laut (Irwan: 2008).
            Mangrove adalah tumbuhan khas daerah tropis yang hidupnya hanya berkembang baik  pada temperatur dari 19° sampai 40° C. dengan toleransi fluktuasi tidak lebih dari  10° C. Hutan mangrove  berperan dalam rantai makanan yakni daun mangrove yang jatuh dan masuk ke  dalam air yang kemudian diurai oleh mikro organisme (bakteri dan jamur) (Irwanto, 2006).
7.5              Faktor Lingkungan Perairan
                        Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan makrozoobentos diantaranya;
7.5.1        Suhu
            Tiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Hewan laut misalnya hidup dalam batas-batas suhu tertentu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euriterm. Ada pula yang toleransinya kecil disebut bersifat stenoterm. Hewan yang hidup dizone pasang-surut dan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organism perairan adalah antara 18-30oC (Nontji, 2002).
7.5.2        Salinitas
                                    Salinitas merupakan gambaran jumlah garam terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan o/oo (per mil, garam per liter).  Tingkat salinitas pada air payau umumnya 0,5 – 17 o/oo. Ada berbagai cara untuk menentukan salinitas, yang paling populer untuk mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi yaitu salinometer yang bekerjanya didasarkan pada daya hantar listrik (Nontji, 2002).
7.5.3        Derajat Keasaman (pH)
                        Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. pH yang ideal bagi kehidupan organism akuatik pada umunya terdapat antara 7 – 8,5 (Barus, 2001) dalam (Mayasari, 2011).
7.5.4        Substrat
                        Substrat sangat penting bagi organism yang hidup didasar perairan, baik pada air yang diam maupun air mengalir. Substrat dapat digolongkan atas substrat lumpur, substrat lumpur berpasir, dan substrat pasir. Pada umumnya substrat dasar yang berlumpur lebih disenangi oleh bentos dari pada dasar yang berupa pasir (Mayasari,  2011).
8.             Metode Penelitian
8.1         Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2012 di ekosistem mangrove, desa Ladong,  kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
8.2         Alat dan Bahan Penelitian
8.2.1.      Alat
·           Petak kuadrat (pipa paralon; 1m x 1m)
·           Saringan bertingkat
·           Botol sampel
·           Kertas lebel
·           Spidol
·           Kamera
·           Thermometer
·           Salinometer
·           pH meter
8.2.2                                Bahan
·           Alkohol 10%
·           Aquadest
8.3         Metode Penelitian
          Penelitian ini dilakukan dengan metode transek kuadrat dan penentuan stasiun dilakukan dengan metode acak terstratifikasi. Pengambilan data terbagi dalam 3 stasiun yang berukuran 5m x 5m, dan sub plot berukuran 1m x 1m, dimana stasiun 1 merupaka daerah mangrove dekat pantai, stasiun 2 daerah mangrove antara pantai dan pemukiman dan stasiun 3 merupakan daerah mangrove dekat pemukiman.
8.4         Parameter
          Parameter yang diamati meliputi parameter biologi, fisika dan kimia. Parameter biologi terdiri  dari jumlah spesies, parameter fisika terdiri dari suhu dan substrat, dan parameter kimia terdiri ata salinitas dan pH.
8.5         Cara kerja
           Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan dengan menggunakan petak kuadrat yang terbuat dari pipa paralon yang berukuran 1m x 1m. Petak kuadrat ditempatkan pada 3 stasiun yaitu 1, 2, dan 3, setiap stasiun memiliki 3 plot dan 5 sub plot. Pada setiap sub plot diambil makrozoobentos menggunakan saringan bertingkat. Sampel makrozoobentos yang didapatkan dari setiap sub plot dimasukkan kedalam botol sampel lalu diberi kertas lebel dan kemudian diawetkan dengan formalin 10%.
8.6         Analisis Data
          Data  yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk table dan gambar-gambar,  selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap Indeks Diversitas (Keanekaragaman)
8.6.1   Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener (H’)
             
                           Dimana:
Keterangan:
H’  = Indeks keanekaragaman
s     = Jumlah spesies
Pi   = Perbandingan jumlah individu spesies ke-I dengan jumlah total  individu (ni/N)
ni   = Jumlah individu spesies ke-i
N   = Jumlah total individu
8.6.2        Indeks Keseragaman (E)

                                  
             Keterangan:
               s             =  Jumlah keseluruhan dari spesies
               H’max   =  Keragaman maksimum
          H’max akan terjadi apabila ditemukan dalam suasana di mana semua spesies melimpah. Adapun nilai E berkisar antara 0 dan 1 yang mana nilai 1 menggambarkan suatu keadaan dimana semua spesies cukup melimpah (Fachrul: 2007).








DAFTAR PUSTAKA
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Irwan, Z. D. 2008. Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta. www.irwantoshut.com.diakses pada 28 Oktober 2011.
Mayasari, I. 2011. Keanekaragaman Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Nontji, A. 2002.  Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Romimohtarto, K. 2004. Meroplankton Laut. Jakarta: Djambatan.
Sinaga, T. 2009. Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir. Tesis. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Keanekaragaman  Jenis  Makrozoobentos  di  Ekosistem Mangrove Desa Ladong Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
1.    Latar belakang
Bentos adalah organisme dasar perairan, baik berupa hewan maupun tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar ataupun di dasar perairan. Menurut  Lind (1979) dalam Fachrul (2007) memberikan definisi, bentos semua organisme yang hidup pada lumpur, pasir, batu, kerikil, maupun sampah organik baik didasar perairan laut, danau, kolam, ataupun sungai, merupakan hewan melata, menempel, memendam, dan meliang di dasar perairan tersebut. (Fachrul, 2007). Makrozoobentos lebih banyak ditemukan di perairan tergenang (lentik) dari pada perairan mengalir (lotik).
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantai atau muara sungai, yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Nontji, 2002). Hutan mangrove telah menyesuaikan diri dari terpaan ombak yang kuat dengan salinitas yang tinggi. Tumbuhan mangrove tumbuh diatas dataran lumpur digenangi air laut atau air payau sewaktu air pasang atau digenangi air sepanjang hari. Secara ekologis, hutan mangrove dapat menjamin terpeliharanya lingkungan fisik, seperti penahan ombak, angin, serta merupakan tempat perkembangbiakan bagi berbagai jenis kehidupan laut, seperti ikan, udang, kepiting, kerang, siput, dan hewan jenis lain (Fachrul, 2007).
Desa Ladong merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Mesjid Raya yang letaknya kurang lebih 27 km dari pusat kota Banda Aceh. Desa ini terletak di pesisir pantai serta terdapat hutan mangrove. Serasah mangrove yang berupa daun, ranting dan biomaasa lainnya yang jatuh dan mengalami pelapukan serta menjadi sumber pakan biota perairan.



2.        Rumusan masalah
     Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah:
1.         Jenis-jenis makrozoobentos apasaja yang terdapat di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
2.         Seberapa besar tingkat keanekaragaman dan keseragaman makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.

3.        Tujuan penelitian
          Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis makrozoobentos yang terdapat di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
4.             Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang ekologi, zoologi dan taksonomi yaitu yang mengkaji dan mengidentifikasi jenis-jenis makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong kecamatan, Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar
5.             Definisi Operasional
Makrozoobentos merupakan organisme yang hidup melata, menempel, memendam dan meliang baik didasar perairan maupun di permukaan dasar perairan. Organisme ini hidup pada lumpur, pasir, kerikil maupun sampah organic, baik di perairan laut, sungai serta danau. Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida.
Mangrove  adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan  daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan  di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut yang kemudian menjadi  pelindung daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar  untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove dikelilingi oleh air garam  atau air payau.
6.             Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
7.             Tinjauan Kepustakaan
7.1     Pengertian Bentos
   Bentos merupakan organisme yang hidup dibagian dasar perairan atau hidup didasar endapan. Komunitas fauna bentik ini terdiri dari empat kelompok yaitu Mollusca, Polychaeta, Crustaceae dan Echinodermata. Keberadaan bentos dibentuk dari sifat fisik lingkungannya yang berbeda-beda sehingga terjadi kelompok-kelompok biota (Romimohtarto, 2004).
7.2    Pengelompokan Bentos
    Berdasarkan ukuran tubuhnya bentos dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu makrobentos, mesobentos dan mikrobentos. Makrobentos merupakan organisme yang mempunyai ukuran lebih dari 1,0  milimeter seperti molusca, mesobentos merupakan organisme yang mempunyai ukuran 0,1-1,0 milimeter seperti cidaria dan mikrobentos merupakan organisme yang memiliki ukuran kurang dari 0,1 milimeter (Fachrul, 2007).

7.3       Habitat Makrozoobentos
Berdasarkan letaknya bentos dibedakan menjadi infauna dan epifauna, dimana infauna merupakan kelompok makrobentos yang hidup terpendam dibawah lumpur, sedangkan epifauna adalah kelompok mekrobentos yang hidup dipermukaan (Fachrul, 2007).
7.4              Ekosistem Mangrove
                        Ekosistem mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem pantai/komunitas bahari dangkal yang sangat menarik yang terdapat pada perairan tropic dan subtropik. Pohon-pohon mangrove adalah halofi, artinya bahwa mangrove ini tahan akan tanah yang mengandung garam dan genangan air laut (Irwan: 2008).
            Mangrove adalah tumbuhan khas daerah tropis yang hidupnya hanya berkembang baik  pada temperatur dari 19° sampai 40° C. dengan toleransi fluktuasi tidak lebih dari  10° C. Hutan mangrove  berperan dalam rantai makanan yakni daun mangrove yang jatuh dan masuk ke  dalam air yang kemudian diurai oleh mikro organisme (bakteri dan jamur) (Irwanto, 2006).
7.5              Faktor Lingkungan Perairan
                        Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan makrozoobentos diantaranya;
7.5.1        Suhu
            Tiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Hewan laut misalnya hidup dalam batas-batas suhu tertentu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euriterm. Ada pula yang toleransinya kecil disebut bersifat stenoterm. Hewan yang hidup dizone pasang-surut dan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organism perairan adalah antara 18-30oC (Nontji, 2002).
7.5.2        Salinitas
                                    Salinitas merupakan gambaran jumlah garam terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan o/oo (per mil, garam per liter).  Tingkat salinitas pada air payau umumnya 0,5 – 17 o/oo. Ada berbagai cara untuk menentukan salinitas, yang paling populer untuk mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi yaitu salinometer yang bekerjanya didasarkan pada daya hantar listrik (Nontji, 2002).
7.5.3        Derajat Keasaman (pH)
                        Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. pH yang ideal bagi kehidupan organism akuatik pada umunya terdapat antara 7 – 8,5 (Barus, 2001) dalam (Mayasari, 2011).
7.5.4        Substrat
                        Substrat sangat penting bagi organism yang hidup didasar perairan, baik pada air yang diam maupun air mengalir. Substrat dapat digolongkan atas substrat lumpur, substrat lumpur berpasir, dan substrat pasir. Pada umumnya substrat dasar yang berlumpur lebih disenangi oleh bentos dari pada dasar yang berupa pasir (Mayasari,  2011).
8.             Metode Penelitian
8.1         Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2012 di ekosistem mangrove, desa Ladong,  kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
8.2         Alat dan Bahan Penelitian
8.2.1.      Alat
·           Petak kuadrat (pipa paralon; 1m x 1m)
·           Saringan bertingkat
·           Botol sampel
·           Kertas lebel
·           Spidol
·           Kamera
·           Thermometer
·           Salinometer
·           pH meter
8.2.2                                Bahan
·           Alkohol 10%
·           Aquadest
8.3         Metode Penelitian
          Penelitian ini dilakukan dengan metode transek kuadrat dan penentuan stasiun dilakukan dengan metode acak terstratifikasi. Pengambilan data terbagi dalam 3 stasiun yang berukuran 5m x 5m, dan sub plot berukuran 1m x 1m, dimana stasiun 1 merupaka daerah mangrove dekat pantai, stasiun 2 daerah mangrove antara pantai dan pemukiman dan stasiun 3 merupakan daerah mangrove dekat pemukiman.
8.4         Parameter
          Parameter yang diamati meliputi parameter biologi, fisika dan kimia. Parameter biologi terdiri  dari jumlah spesies, parameter fisika terdiri dari suhu dan substrat, dan parameter kimia terdiri ata salinitas dan pH.
8.5         Cara kerja
           Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan dengan menggunakan petak kuadrat yang terbuat dari pipa paralon yang berukuran 1m x 1m. Petak kuadrat ditempatkan pada 3 stasiun yaitu 1, 2, dan 3, setiap stasiun memiliki 3 plot dan 5 sub plot. Pada setiap sub plot diambil makrozoobentos menggunakan saringan bertingkat. Sampel makrozoobentos yang didapatkan dari setiap sub plot dimasukkan kedalam botol sampel lalu diberi kertas lebel dan kemudian diawetkan dengan formalin 10%.
8.6         Analisis Data
          Data  yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk table dan gambar-gambar,  selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap Indeks Diversitas (Keanekaragaman)
8.6.1   Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener (H’)
             
                           Dimana:
Keterangan:
H’  = Indeks keanekaragaman
s     = Jumlah spesies
Pi   = Perbandingan jumlah individu spesies ke-I dengan jumlah total  individu (ni/N)
ni   = Jumlah individu spesies ke-i
N   = Jumlah total individu
8.6.2        Indeks Keseragaman (E)

                                  
             Keterangan:
               s             =  Jumlah keseluruhan dari spesies
               H’max   =  Keragaman maksimum
          H’max akan terjadi apabila ditemukan dalam suasana di mana semua spesies melimpah. Adapun nilai E berkisar antara 0 dan 1 yang mana nilai 1 menggambarkan suatu keadaan dimana semua spesies cukup melimpah (Fachrul: 2007).








DAFTAR PUSTAKA
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Irwan, Z. D. 2008. Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta. www.irwantoshut.com.diakses pada 28 Oktober 2011.
Mayasari, I. 2011. Keanekaragaman Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Nontji, A. 2002.  Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Romimohtarto, K. 2004. Meroplankton Laut. Jakarta: Djambatan.
Sinaga, T. 2009. Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir. Tesis. Medan: Universitas Sumatra Utara.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Powered By Blogger

Hot on this blog

Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first - Choose any Month/Year Format

Followers

About Me

Foto Saya
dian meutia putry
banda acheh, acheh, Indonesia
ku persembahkan semuanya untuk kasih dan cinta demi menggapai sebuah kebahagian yang akan kumiliki selamanya...
View my complete profile