Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos
di Ekosistem Mangrove Desa Ladong Kecamatan
Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
1.
Latar
belakang
Bentos adalah organisme dasar
perairan, baik berupa hewan maupun tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar
ataupun di dasar perairan. Menurut Lind
(1979) dalam Fachrul (2007)
memberikan definisi, bentos semua organisme yang hidup pada lumpur, pasir,
batu, kerikil, maupun sampah organik baik didasar perairan laut, danau, kolam,
ataupun sungai, merupakan hewan melata, menempel, memendam, dan meliang di dasar
perairan tersebut. (Fachrul, 2007). Makrozoobentos lebih banyak ditemukan di
perairan tergenang (lentik) dari pada perairan mengalir (lotik).
Hutan
mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantai atau muara
sungai, yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Nontji, 2002). Hutan
mangrove telah menyesuaikan diri dari terpaan ombak yang kuat dengan salinitas
yang tinggi. Tumbuhan mangrove tumbuh diatas dataran lumpur digenangi air laut
atau air payau sewaktu air pasang atau digenangi air sepanjang hari. Secara
ekologis, hutan mangrove dapat menjamin terpeliharanya lingkungan fisik, seperti
penahan ombak, angin, serta merupakan tempat perkembangbiakan bagi berbagai
jenis kehidupan laut, seperti ikan, udang, kepiting, kerang, siput, dan hewan
jenis lain (Fachrul, 2007).
Desa
Ladong merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Mesjid Raya yang letaknya
kurang lebih 27 km dari pusat kota Banda Aceh. Desa ini terletak di pesisir
pantai serta terdapat hutan mangrove. Serasah mangrove yang berupa daun,
ranting dan biomaasa lainnya yang jatuh dan mengalami pelapukan serta menjadi
sumber pakan biota perairan.
2.
Rumusan
masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi
pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah:
1.
Jenis-jenis makrozoobentos apasaja
yang terdapat di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya,
kabupaten Aceh Besar.
2.
Seberapa besar tingkat
keanekaragaman dan keseragaman makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong,
kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
3.
Tujuan
penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis makrozoobentos
yang terdapat di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan mesjid Raya, kabupaten
Aceh Besar.
4.
Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini
adalah mengkaji tentang ekologi, zoologi dan taksonomi yaitu yang mengkaji dan
mengidentifikasi jenis-jenis makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong
kecamatan, Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar
5.
Definisi
Operasional
Makrozoobentos merupakan organisme yang
hidup melata, menempel, memendam dan meliang baik didasar perairan maupun di
permukaan dasar perairan. Organisme ini hidup pada lumpur, pasir, kerikil
maupun sampah organic, baik di perairan laut, sungai serta danau. Organisme yang termasuk
makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta,
Mollusca, Nematoda dan Annelida.
Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas
tanaman yang hidup di antara laut dan daratan
yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan
air laut yang kemudian menjadi pelindung
daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon
mangrove dikelilingi oleh air garam atau
air payau.
6.
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai keanekaragaman makrozoobentos di ekosistem
mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
7.
Tinjauan
Kepustakaan
7.1 Pengertian Bentos
Bentos merupakan organisme yang hidup dibagian dasar perairan atau hidup
didasar endapan. Komunitas fauna bentik ini terdiri dari empat kelompok yaitu Mollusca, Polychaeta, Crustaceae
dan Echinodermata. Keberadaan bentos
dibentuk dari sifat fisik lingkungannya yang berbeda-beda sehingga terjadi
kelompok-kelompok biota (Romimohtarto, 2004).
7.2 Pengelompokan Bentos
Berdasarkan ukuran tubuhnya bentos dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
makrobentos, mesobentos dan mikrobentos. Makrobentos merupakan organisme yang
mempunyai ukuran lebih dari 1,0
milimeter seperti molusca, mesobentos merupakan organisme yang mempunyai
ukuran 0,1-1,0 milimeter seperti cidaria dan mikrobentos merupakan organisme
yang memiliki ukuran kurang dari 0,1 milimeter (Fachrul, 2007).
7.3 Habitat
Makrozoobentos
Berdasarkan letaknya
bentos dibedakan menjadi infauna dan epifauna, dimana infauna merupakan
kelompok makrobentos yang hidup terpendam dibawah lumpur, sedangkan epifauna
adalah kelompok mekrobentos yang hidup dipermukaan (Fachrul, 2007).
7.4
Ekosistem
Mangrove
Ekosistem
mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem pantai/komunitas bahari dangkal
yang sangat menarik yang terdapat pada perairan tropic dan subtropik.
Pohon-pohon mangrove adalah halofi, artinya bahwa mangrove ini tahan akan tanah
yang mengandung garam dan genangan air laut (Irwan: 2008).
Mangrove adalah tumbuhan
khas daerah tropis yang hidupnya hanya berkembang baik pada temperatur dari 19° sampai 40° C. dengan
toleransi fluktuasi tidak lebih dari 10°
C. Hutan mangrove berperan dalam rantai
makanan yakni daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air yang kemudian diurai oleh mikro
organisme (bakteri dan jamur) (Irwanto, 2006).
7.5
Faktor
Lingkungan Perairan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kehidupan makrozoobentos diantaranya;
7.5.1
Suhu
Tiap
organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan
suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Hewan laut
misalnya hidup dalam batas-batas suhu tertentu. Ada yang mempunyai toleransi
yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euriterm. Ada pula yang toleransinya kecil disebut bersifat stenoterm. Hewan yang hidup dizone
pasang-surut dan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar
terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organism
perairan adalah antara 18-30oC (Nontji, 2002).
7.5.2
Salinitas
Salinitas
merupakan gambaran jumlah garam terlarut dalam satu liter air, biasanya
dinyatakan dengan satuan o/oo (per mil, garam per liter). Tingkat salinitas pada air payau umumnya 0,5
– 17 o/oo. Ada berbagai cara untuk menentukan salinitas,
yang paling populer untuk mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi yaitu
salinometer yang bekerjanya didasarkan pada daya hantar listrik (Nontji, 2002).
7.5.3
Derajat Keasaman (pH)
Derajat
keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. pH yang
ideal bagi kehidupan organism akuatik pada umunya terdapat antara 7 – 8,5
(Barus, 2001) dalam (Mayasari, 2011).
7.5.4
Substrat
Substrat
sangat penting bagi organism yang hidup didasar perairan, baik pada air yang
diam maupun air mengalir. Substrat dapat digolongkan atas substrat lumpur,
substrat lumpur berpasir, dan substrat pasir. Pada umumnya substrat dasar yang
berlumpur lebih disenangi oleh bentos dari pada dasar yang berupa pasir (Mayasari,
2011).
8.
Metode
Penelitian
8.1
Tempat
dan waktu penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan juli 2012 di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
8.2
Alat
dan Bahan Penelitian
8.2.1. Alat
·
Petak kuadrat (pipa paralon; 1m x 1m)
·
Saringan bertingkat
·
Botol sampel
·
Kertas lebel
·
Spidol
·
Kamera
·
Thermometer
·
Salinometer
·
pH meter
8.2.2
Bahan
·
Alkohol 10%
·
Aquadest
8.3
Metode
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan metode transek kuadrat dan penentuan stasiun dilakukan
dengan metode acak terstratifikasi. Pengambilan data terbagi dalam 3 stasiun
yang berukuran 5m x 5m, dan sub plot berukuran 1m x 1m, dimana stasiun 1
merupaka daerah mangrove dekat pantai, stasiun 2 daerah mangrove antara pantai
dan pemukiman dan stasiun 3 merupakan daerah mangrove dekat pemukiman.
8.4
Parameter
Parameter
yang diamati meliputi parameter biologi, fisika dan kimia. Parameter biologi
terdiri dari jumlah spesies, parameter
fisika terdiri dari suhu dan substrat, dan parameter kimia terdiri ata
salinitas dan pH.
8.5
Cara
kerja
Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan
dengan menggunakan petak kuadrat yang terbuat dari pipa paralon yang berukuran
1m x 1m. Petak kuadrat ditempatkan pada 3 stasiun yaitu 1, 2, dan 3, setiap
stasiun memiliki 3 plot dan 5 sub plot. Pada setiap sub plot diambil
makrozoobentos menggunakan saringan bertingkat. Sampel makrozoobentos yang
didapatkan dari setiap sub plot dimasukkan kedalam botol sampel lalu diberi
kertas lebel dan kemudian diawetkan dengan formalin 10%.
8.6
Analisis
Data
Data
yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk
table dan gambar-gambar, selanjutnya
dilakukan perhitungan terhadap Indeks Diversitas (Keanekaragaman)
8.6.1 Indeks
Keanekaragaman Shannon Wiener (H’)

Dimana:


Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman
s = Jumlah spesies
Pi
= Perbandingan jumlah individu spesies ke-I dengan jumlah total individu (ni/N)
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total individu
8.6.2
Indeks
Keseragaman (E)

Keterangan:
s
=
Jumlah keseluruhan dari spesies
H’max =
Keragaman maksimum
H’max
akan terjadi apabila ditemukan dalam suasana di mana semua spesies melimpah.
Adapun nilai E berkisar antara 0 dan 1 yang mana nilai 1 menggambarkan suatu
keadaan dimana semua spesies cukup melimpah (Fachrul: 2007).
DAFTAR
PUSTAKA
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Irwan, Z. D. 2008. Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta.
www.irwantoshut.com.diakses pada 28 Oktober 2011.
Mayasari, I. 2011. Keanekaragaman
Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala.
Nontji, A. 2002. Laut
Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Romimohtarto, K. 2004. Meroplankton Laut. Jakarta: Djambatan.
Sinaga, T. 2009. Keanekaragaman
Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba Balige Kabupaten
Toba Samosir. Tesis. Medan:
Universitas Sumatra Utara.
Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos
di Ekosistem Mangrove Desa Ladong Kecamatan
Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar
1.
Latar
belakang
Bentos adalah organisme dasar
perairan, baik berupa hewan maupun tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar
ataupun di dasar perairan. Menurut Lind
(1979) dalam Fachrul (2007)
memberikan definisi, bentos semua organisme yang hidup pada lumpur, pasir,
batu, kerikil, maupun sampah organik baik didasar perairan laut, danau, kolam,
ataupun sungai, merupakan hewan melata, menempel, memendam, dan meliang di dasar
perairan tersebut. (Fachrul, 2007). Makrozoobentos lebih banyak ditemukan di
perairan tergenang (lentik) dari pada perairan mengalir (lotik).
Hutan
mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantai atau muara
sungai, yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Nontji, 2002). Hutan
mangrove telah menyesuaikan diri dari terpaan ombak yang kuat dengan salinitas
yang tinggi. Tumbuhan mangrove tumbuh diatas dataran lumpur digenangi air laut
atau air payau sewaktu air pasang atau digenangi air sepanjang hari. Secara
ekologis, hutan mangrove dapat menjamin terpeliharanya lingkungan fisik, seperti
penahan ombak, angin, serta merupakan tempat perkembangbiakan bagi berbagai
jenis kehidupan laut, seperti ikan, udang, kepiting, kerang, siput, dan hewan
jenis lain (Fachrul, 2007).
Desa
Ladong merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Mesjid Raya yang letaknya
kurang lebih 27 km dari pusat kota Banda Aceh. Desa ini terletak di pesisir
pantai serta terdapat hutan mangrove. Serasah mangrove yang berupa daun,
ranting dan biomaasa lainnya yang jatuh dan mengalami pelapukan serta menjadi
sumber pakan biota perairan.
2.
Rumusan
masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi
pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah:
1.
Jenis-jenis makrozoobentos apasaja
yang terdapat di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya,
kabupaten Aceh Besar.
2.
Seberapa besar tingkat
keanekaragaman dan keseragaman makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong,
kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
3.
Tujuan
penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis makrozoobentos
yang terdapat di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan mesjid Raya, kabupaten
Aceh Besar.
4.
Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini
adalah mengkaji tentang ekologi, zoologi dan taksonomi yaitu yang mengkaji dan
mengidentifikasi jenis-jenis makrozoobentos di ekosistem mangrove, desa Ladong
kecamatan, Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar
5.
Definisi
Operasional
Makrozoobentos merupakan organisme yang
hidup melata, menempel, memendam dan meliang baik didasar perairan maupun di
permukaan dasar perairan. Organisme ini hidup pada lumpur, pasir, kerikil
maupun sampah organic, baik di perairan laut, sungai serta danau. Organisme yang termasuk
makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta,
Mollusca, Nematoda dan Annelida.
Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas
tanaman yang hidup di antara laut dan daratan
yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan
air laut yang kemudian menjadi pelindung
daratan dari gelombang laut yang besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon
mangrove dikelilingi oleh air garam atau
air payau.
6.
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai keanekaragaman makrozoobentos di ekosistem
mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
7.
Tinjauan
Kepustakaan
7.1 Pengertian Bentos
Bentos merupakan organisme yang hidup dibagian dasar perairan atau hidup
didasar endapan. Komunitas fauna bentik ini terdiri dari empat kelompok yaitu Mollusca, Polychaeta, Crustaceae
dan Echinodermata. Keberadaan bentos
dibentuk dari sifat fisik lingkungannya yang berbeda-beda sehingga terjadi
kelompok-kelompok biota (Romimohtarto, 2004).
7.2 Pengelompokan Bentos
Berdasarkan ukuran tubuhnya bentos dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
makrobentos, mesobentos dan mikrobentos. Makrobentos merupakan organisme yang
mempunyai ukuran lebih dari 1,0
milimeter seperti molusca, mesobentos merupakan organisme yang mempunyai
ukuran 0,1-1,0 milimeter seperti cidaria dan mikrobentos merupakan organisme
yang memiliki ukuran kurang dari 0,1 milimeter (Fachrul, 2007).
7.3 Habitat
Makrozoobentos
Berdasarkan letaknya
bentos dibedakan menjadi infauna dan epifauna, dimana infauna merupakan
kelompok makrobentos yang hidup terpendam dibawah lumpur, sedangkan epifauna
adalah kelompok mekrobentos yang hidup dipermukaan (Fachrul, 2007).
7.4
Ekosistem
Mangrove
Ekosistem
mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem pantai/komunitas bahari dangkal
yang sangat menarik yang terdapat pada perairan tropic dan subtropik.
Pohon-pohon mangrove adalah halofi, artinya bahwa mangrove ini tahan akan tanah
yang mengandung garam dan genangan air laut (Irwan: 2008).
Mangrove adalah tumbuhan
khas daerah tropis yang hidupnya hanya berkembang baik pada temperatur dari 19° sampai 40° C. dengan
toleransi fluktuasi tidak lebih dari 10°
C. Hutan mangrove berperan dalam rantai
makanan yakni daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air yang kemudian diurai oleh mikro
organisme (bakteri dan jamur) (Irwanto, 2006).
7.5
Faktor
Lingkungan Perairan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kehidupan makrozoobentos diantaranya;
7.5.1
Suhu
Tiap
organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan
suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Hewan laut
misalnya hidup dalam batas-batas suhu tertentu. Ada yang mempunyai toleransi
yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euriterm. Ada pula yang toleransinya kecil disebut bersifat stenoterm. Hewan yang hidup dizone
pasang-surut dan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar
terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organism
perairan adalah antara 18-30oC (Nontji, 2002).
7.5.2
Salinitas
Salinitas
merupakan gambaran jumlah garam terlarut dalam satu liter air, biasanya
dinyatakan dengan satuan o/oo (per mil, garam per liter). Tingkat salinitas pada air payau umumnya 0,5
– 17 o/oo. Ada berbagai cara untuk menentukan salinitas,
yang paling populer untuk mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi yaitu
salinometer yang bekerjanya didasarkan pada daya hantar listrik (Nontji, 2002).
7.5.3
Derajat Keasaman (pH)
Derajat
keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. pH yang
ideal bagi kehidupan organism akuatik pada umunya terdapat antara 7 – 8,5
(Barus, 2001) dalam (Mayasari, 2011).
7.5.4
Substrat
Substrat
sangat penting bagi organism yang hidup didasar perairan, baik pada air yang
diam maupun air mengalir. Substrat dapat digolongkan atas substrat lumpur,
substrat lumpur berpasir, dan substrat pasir. Pada umumnya substrat dasar yang
berlumpur lebih disenangi oleh bentos dari pada dasar yang berupa pasir (Mayasari,
2011).
8.
Metode
Penelitian
8.1
Tempat
dan waktu penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan juli 2012 di ekosistem mangrove, desa Ladong, kecamatan Mesjid Raya, kabupaten Aceh Besar.
8.2
Alat
dan Bahan Penelitian
8.2.1. Alat
·
Petak kuadrat (pipa paralon; 1m x 1m)
·
Saringan bertingkat
·
Botol sampel
·
Kertas lebel
·
Spidol
·
Kamera
·
Thermometer
·
Salinometer
·
pH meter
8.2.2
Bahan
·
Alkohol 10%
·
Aquadest
8.3
Metode
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan metode transek kuadrat dan penentuan stasiun dilakukan
dengan metode acak terstratifikasi. Pengambilan data terbagi dalam 3 stasiun
yang berukuran 5m x 5m, dan sub plot berukuran 1m x 1m, dimana stasiun 1
merupaka daerah mangrove dekat pantai, stasiun 2 daerah mangrove antara pantai
dan pemukiman dan stasiun 3 merupakan daerah mangrove dekat pemukiman.
8.4
Parameter
Parameter
yang diamati meliputi parameter biologi, fisika dan kimia. Parameter biologi
terdiri dari jumlah spesies, parameter
fisika terdiri dari suhu dan substrat, dan parameter kimia terdiri ata
salinitas dan pH.
8.5
Cara
kerja
Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan
dengan menggunakan petak kuadrat yang terbuat dari pipa paralon yang berukuran
1m x 1m. Petak kuadrat ditempatkan pada 3 stasiun yaitu 1, 2, dan 3, setiap
stasiun memiliki 3 plot dan 5 sub plot. Pada setiap sub plot diambil
makrozoobentos menggunakan saringan bertingkat. Sampel makrozoobentos yang
didapatkan dari setiap sub plot dimasukkan kedalam botol sampel lalu diberi
kertas lebel dan kemudian diawetkan dengan formalin 10%.
8.6
Analisis
Data
Data
yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk
table dan gambar-gambar, selanjutnya
dilakukan perhitungan terhadap Indeks Diversitas (Keanekaragaman)
8.6.1 Indeks
Keanekaragaman Shannon Wiener (H’)

Dimana:


Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman
s = Jumlah spesies
Pi
= Perbandingan jumlah individu spesies ke-I dengan jumlah total individu (ni/N)
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total individu
8.6.2
Indeks
Keseragaman (E)

Keterangan:
s
=
Jumlah keseluruhan dari spesies
H’max =
Keragaman maksimum
H’max
akan terjadi apabila ditemukan dalam suasana di mana semua spesies melimpah.
Adapun nilai E berkisar antara 0 dan 1 yang mana nilai 1 menggambarkan suatu
keadaan dimana semua spesies cukup melimpah (Fachrul: 2007).
DAFTAR
PUSTAKA
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Irwan, Z. D. 2008. Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta.
www.irwantoshut.com.diakses pada 28 Oktober 2011.
Mayasari, I. 2011. Keanekaragaman
Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala.
Nontji, A. 2002. Laut
Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Romimohtarto, K. 2004. Meroplankton Laut. Jakarta: Djambatan.
Sinaga, T. 2009. Keanekaragaman
Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba Balige Kabupaten
Toba Samosir. Tesis. Medan:
Universitas Sumatra Utara.
0 komentar:
Posting Komentar