PERILAKU REPRODUKSI PADA BABI
Pubertas
adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali berfungsi dan
menghasilkan telur atau sperma dewasa. Umur saat pubertas dicapai bertlainan
antara bangsa-bangsa ternak dan juga antara anak babi sekelahiran. Factor-faktor
hormonal yang bekecimpung untuk merangsang pubertas pada babi jantan dan babi
betina belum banyak diketahui. Prgan utama yang mengontrol munculnya pubertas
adalah kelenjar pituitary yang letaknya di dasar otak. Kelenjar ini
menghasilkan dua hormone, yaitu FSH dan LH yang merangsang testis dan ovarium.
Faktor
Makanan.- kurang makan yang ekstrem dapat menunda
munculnya pubertas. Pembatasan makanan yang sedang atau moderat tidak akan
menunda pubertas atau mempengaruhi fertilitas, tetapi bobot babi betina
tersebut lebih rendah daripada yang diberi makan cukup.
Faktor
Genetis.- Babi betina Landrace mencapai pubertas lebuh dini daripada babi
betina Hampshire, Yorkshire dan Duroc yang diamati dari banyaknya yang berahi
pada umur 6 bulan. Babi betina hasil persilangan juga mencapai pubertas yang
lebih dini daripada babi betina murni.
Faktor
Cahaya.- Babi betina yang dipelihara terkurung dengan kegelapan yang komplet
memperpanjang umur mencapai pubertas. Babi betina yang dipilih untuk bibit
seharusnya memperoleh cahaya 18 jam per hari.
Faktor
Perkandangan.- Babi betina yang dipelihara terkurung lebih lambat mencapai
pubertas dari yang dipelihara bebas. Babi betina yang dikandangkan atau
ditambat individual juga menunda pubertas dan menekan tanda-tanda berahi.
Faktor Stres.- Stres tertentu, seperti transportasi, mencampur atau introduksi ke lingkungan yang baru dapat merangsang babi betina mengalami berahi.
Pengaruh Pejantan.- Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi pejantan ke sekelompok babi betina yang sebelumnya tidak berkontak dengan pejantan, merangsang dan menyebabkan sebagian babi betina tersebut berahi pada umur 4 bulan.
Faktor Stres.- Stres tertentu, seperti transportasi, mencampur atau introduksi ke lingkungan yang baru dapat merangsang babi betina mengalami berahi.
Pengaruh Pejantan.- Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi pejantan ke sekelompok babi betina yang sebelumnya tidak berkontak dengan pejantan, merangsang dan menyebabkan sebagian babi betina tersebut berahi pada umur 4 bulan.
Betina
yang berahi biasanya adalah
agrsor pencari pejantan. Bila mereka bertemu, tingkah laku kawin dan bercumbu
sampai kopulasi, terlihat perilaku kopulasi sbb:
1) Kontak cungur ke cungur.
2) Pejantan mencium alat kelamin
betina (vulva).
3) Betina mencium alat kelamin
jantan (penis).
4) Kontak kepala ke kepala, lagu
bercanda, pejantan menggerut dan mulut berbuih dan kencing secara ritmk.
5) Pejantan berusaha menaiki betina
tetapi betina menolak.
6) Pejantan berusaha meraih betina,
mencungur legok dan bawah perut disrtai lagu bercanda.
7) Betina memperlihatkan respons tak bergerak (immobilitas).
7) Betina memperlihatkan respons tak bergerak (immobilitas).
8) Pejantan naik dan berkopulasi,
perkawinan berlangsung 10 – 20 menit.
Peranan
pejantan merangsang sikap mau kawin dari betina sangat penting. Sekitar 50%
betina berahi biasanya akan berespons terhadap “uji naik” oleh pemelihara.
Respons ini meningkat melampaui 90% bila pejantan hadir, atau bau pejantan
tercium ataupun kehadiran pejantan terdengar oleh betina berahi. Ludah pejantan
mengandung senyawa berbau yang merangsang betina berahi untuk menunjukkan sikap
sedia kawin.
Ejakulasi betina biasanya didepositkan
melalui corong serviks uterus yang sedang relax. Pada saat perkawinan kelenjar
pituitary betina mengeluarkan hormone oksitoksin yang menimbulkan kontraksi
ritmik uterus. Kontraksi ini membantu transportasi sel-sel sperma ke tuba
fallopi untuk menunggu pengeluaran ovum dari folikel yang masak.
Setelah
mencapai pubertas, biasanya babi betina menunjukkan berahi, atau estrus, setiap
18- 22 hari ( rata-rata 21 hari) kecuali siklus ini disela oleh kebuntingan
atau kelainan reproduksi. Ada 4 fase yang jelas pada siklus berahi:
Proestrus
Proestrus adalah 3- 4 hari mendahului munculnya estrus. Kelenjar-kelenjar pituitary menghasilkan FSH yang menyebabkan folikel bertumbuh. Selagi folikel bertumbuh, meningkat juga produksi hormone lain, yakni estrogen. Estrogen ini menghambat produksi FSH selanjutnya dan mencegah perkembangan tambahan telur.
Estrogen juga menimbulkan sejumlah perubahan tingkah laku betina pada akhir fase proestrus. Perubahan-perubahan ini meliputi suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina-betina lain dan nafsu makan menurun. Selama periode ini babi betina mengeluarka suara khas merengut yang ritmik. Perubahan struktur yang disebabkan oleh level estrogen yang tinggi mencakup vulva yang membengkak dan memerah disertai penebalan dinding uterus.
Proestrus adalah 3- 4 hari mendahului munculnya estrus. Kelenjar-kelenjar pituitary menghasilkan FSH yang menyebabkan folikel bertumbuh. Selagi folikel bertumbuh, meningkat juga produksi hormone lain, yakni estrogen. Estrogen ini menghambat produksi FSH selanjutnya dan mencegah perkembangan tambahan telur.
Estrogen juga menimbulkan sejumlah perubahan tingkah laku betina pada akhir fase proestrus. Perubahan-perubahan ini meliputi suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina-betina lain dan nafsu makan menurun. Selama periode ini babi betina mengeluarka suara khas merengut yang ritmik. Perubahan struktur yang disebabkan oleh level estrogen yang tinggi mencakup vulva yang membengkak dan memerah disertai penebalan dinding uterus.
Estrus
Estrus berlangsung selama 2-3 hari dan pada periode tersebut betina memiliki seksual reseptif terhadap jantan. Periode ini biasanya lebuh pendek pada babi betina dibandingkan babi induk. Telah diketahui bahwa lebuh banyak telur yang dilepas dari ovarium dalam 30-36 jam setelah mulai berahi dari waktu selebihnya dalam masa berahi. Banyak telur yangf di ovulassikan biasanya berkisar antara 14-25 butir. Laju ovulasi dipengaruhi oleh beberapa factor:
Estrus berlangsung selama 2-3 hari dan pada periode tersebut betina memiliki seksual reseptif terhadap jantan. Periode ini biasanya lebuh pendek pada babi betina dibandingkan babi induk. Telah diketahui bahwa lebuh banyak telur yang dilepas dari ovarium dalam 30-36 jam setelah mulai berahi dari waktu selebihnya dalam masa berahi. Banyak telur yangf di ovulassikan biasanya berkisar antara 14-25 butir. Laju ovulasi dipengaruhi oleh beberapa factor:
Faktor
Pubertas.- Laju ovulasi seekor babi betina akan meningkat hingga siklus
berahinya (estrus) yang ketiga.
Faktor
Umur Induk.- Laju ovulasi meningkat terus hingga induk melahirkan anak yang
ketujuh kalinya.
“Flushing”.- Konsumsi ransom seekor
Babi betina yang ditingkatkan selama 10- 14 hari sebelum kawin akan
meningkatkan jumlah telur yang di ovulasikan, tetapi berlaku hanya bila
konsumsi makannya sangat dibatasi selama fase pertumbuhannya. Peningkatan laju
ovulasi biasanya diimbangi oleh kematian embrio yang tinggi sehingga tidak
nampak manfaatnya dalam banyak anak per kelahiran di saat melahirkan.
Tanda-tanda berahi yang diperlihatkan selama bagian akhir proestrus semakin nampak dalam fase estrus. Sekitar 12 jam setelah berahi mulai, betina memperlihatkan suatu sikap khas mau kawin, yaitu hanya dengan suatu tekanan ringan saja dilakukan pada punggungnya. Semua kaki kaku, punggung sedikit melengkung, telinga tegang mengarah kepala dan bai betina tersebut sangat susar digerakkan. Sikap respons tak mau bergerak ini disebut juga “ Lordosis Effect” berlangsung sekitar 3 hari sangat berarti benar bagi pemelihara untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengawinkan atau melekukan inseminasi buatan.
Fase berikut dari estrus adalah pembengkakan vulva yang memerah mulai berkurang dan lender keruh yang mengental muncul. Keaadaan ini berubah menjadi pucat, lendir menggantung pada akhir fase estrus dan besar vulva berkurang dan kembali ke warnanya yang normal.
Tanda-tanda berahi yang diperlihatkan selama bagian akhir proestrus semakin nampak dalam fase estrus. Sekitar 12 jam setelah berahi mulai, betina memperlihatkan suatu sikap khas mau kawin, yaitu hanya dengan suatu tekanan ringan saja dilakukan pada punggungnya. Semua kaki kaku, punggung sedikit melengkung, telinga tegang mengarah kepala dan bai betina tersebut sangat susar digerakkan. Sikap respons tak mau bergerak ini disebut juga “ Lordosis Effect” berlangsung sekitar 3 hari sangat berarti benar bagi pemelihara untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengawinkan atau melekukan inseminasi buatan.
Fase berikut dari estrus adalah pembengkakan vulva yang memerah mulai berkurang dan lender keruh yang mengental muncul. Keaadaan ini berubah menjadi pucat, lendir menggantung pada akhir fase estrus dan besar vulva berkurang dan kembali ke warnanya yang normal.
0 komentar:
Posting Komentar